Selasa, 10 Juli 2007

International Literary Biennale 2005

26 Agustus 2005 - 03 September 2005

Prolog

International Literary Biennale 2005 ini merupakan program lanjutan dan perluasan dari dua festival yang sebelumnya telah diselenggarakan Komunitas Utan Kayu, yakni Internasional Poetry Festival (2001) dan International Literary Festival (2003). Ketiga festival yang nyaris serupa ini menggunakan nama yang terus berganti, menandaskan keberlanjutan sebuah proses, bahwa setiap event merupakan tahap belajar yang belum final. Sungguh membahagiakan bahwa festival sastra bertaraf internasional—sebuah kesederhanaan yang ‘mewah’ dan tidak mudah—untuk ketiga kalinya dapat terselenggara di Indonesia.

Mulai sekarang kami menyebut festival ini sebagai ‘International Literary Biennale’ dengan sejumlah alasan. Pertama, ketiga festival secara kontinyu terjadi setiap dua tahun sekali. Kedua, terjadinya perluasan genre; yang semula hanya puisi, kini merambah ke prosa dan drama. Festival ini pun tidak hanya mengusung karya dan penulis dari khasanah sastra modern, melainkan juga—dalam porsi yang terbatas—menyelipkan tradisi lisan yang nyaris punah. Ketiga, penyelenggaraan dua festival sebelumnya telah menjadi pelajaran berharga yang menguatkan keyakinan dan meningkatkan kesanggupan kami untuk melaksanakan festival keempat pada tahun 2007 nanti.

Pelbagai faktor dari luar wilayah sastra kadang menjadi hambatan. Salah satunya adalah isu terorisme. Pada festival lalu, sejumlah calon peserta membatalkan kesertaannya setelah bom meledak di sebuah hotel di Jakarta. Terorisme yang acap dikaitkan dengan dunia Islam pun turut menyumbang kesan yang kurang menguntungkan: Indonesia bukan tempat yang aman. Prasangka semacam itu justru makin meneguhkan niat kami untuk tidak berhenti mewujudkan festival ini. Adanya beragam faktor yang memengaruhi hanya menandaskan bahwa sesungguhnya sastra tidak pernah sendiri.

Kami sadar, Indonesia bukan negara yang bebas dari konflik internasional. Banyak persoalan di dalam dan di luar negeri telah pula melibatkan Indonesia ke dalam ketegangan dunia. Perebutan pulau-pulau kecil di dekat perbatasan Indonesia-Malaysia, kenangan buram yang berkaitan dengan Timor Leste, jalinan kemesraan dan kecurigaan Indonesia-Australia, juga konflik di Aceh dan Papua yang menjadi percaturan politik di Eropa dan Amerika.

Sebab itu, melalui festival ini, kami mengundang para penulis—para penjaga hati nurani—bukan saja dari negara tetangga terdekat, melainkan juga dari wilayah-wilayah jauh, agar di luar carut-marut politik, sejumlah warga dari pelbagai bangsa tetap bisa bersahabat dengan mesra., saling mengetahui dan saling memahami, tanpa rasa takut dan prasangka buruk.

Memilih tema Living Together, festival ini dimaksudkan sebagai sarana penggalian makna esensial yang terkandung di dalam sastra, yakni upaya memahami keberadaan manusia dan semestanya. Betapapun kecil dan sayup, semoga suara festival ini menjadi bagian dari gema kebudayaan yang berdaya bujuk mengeratkan hubungan antar masyarakat yang beradab, karena di dalam sastra kita melihat harapan: persahabatan antar-manusia lintas ideologi, agama, dan bangsa. Sebuah angan yang indah dan tak mudah.

Tidak mudah karena banyak orang, termasuk yang berpendidikan dan bergerak di bidang kebudayaan, tak terkecuali dari negara-negara yang mengaku punya tingkat keberadaban tinggi, belum memandang sastra sebagai prioritas dalam pergaulan antar-manusia dan antar-bangsa. Dari sekitar 20 perwakilan negara dan pusat kebudayaan asing yang kami ajak serta, sebagian besar tidak memberikan tanggapan yang membahagiakan. Kami menghargai segala alasan dan sikap mereka.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada Prince Claus Foundation, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Selasar Sunaryo Art Space, Komunitas Rumah Panggung, Australia-Indonesia Institute, dan Winternachten. Tanpa dukungan mereka, festival ini muskil terselenggara. Terima kasih juga kepada para penulis yang dengan senang hati bersedia berbagi, juga kepada semua pihak yang memberikan bantuan namun tak tersebutkan. Semoga niat baik dan kerja kita tidak menguap sia-sia.

Salam,

Sitok Srengenge,
Direktur International Literary Biennale 2005.

International Literary Biennale 2005
Performance Schedule

Bandung 26 August 2005

20.00 – 20.10 : Opening Music, KeTUK Group
20.10 – 20.20 : Speech: Goenawan Mohamad & Sunaryo
20.20 – 20.30 : Soni Farid Maulana
20.30 – 20.40 : Abe Barreto Soares
20.40 – 20.50 : Nur Wahida Idris
20.50 – 21.00 : Frank Martinus Arion
21.00 – 21.10 : Eka Kurniawan
21.10 – 21.20 : Ramsey Nasr
21.20 – 21.30 : Kurnia Effendi
21.30 – 21.40 : Lauren William
21.40 – 21.50 : Closing Music, KeTUK Group

Bandung 27 August 2005

20.00 – 20.10 : Opening Music, KeTUK Group
20.10 – 20.20 : Mona Sylviana
20.20 – 20.30 : A.S. Laksana
20.30 – 20.40 : Ellen Ombre
20.40 – 20.50 : Saini K.M.
20.50 – 21.00 : H.U. Mardi Luhung
21.00 – 21.10 : Antjie Krog
21.10 – 21.20 : Godi Suwarna
21.20 – 21.30 : Jan Cornall
21.30 – 21.40 : Closing Music, KeTUK Group


International Literary Biennale 2005

Performance Schedule

Lampung 29 August 2005

20.00 – 20.10 : Opening, Oral Literary Tradition, Masnunah
20.10 – 20.20 : Speech: Nirwan Dewanto & Iswadi Pratama
20.20 – 20.30 : Isbedy Stiawan ZS
20.30 – 20.40 : Ramsey Nasr
20.40 – 20.50 : Dinar Rahayu
20.50 – 21.00 : Frank Martinus Arion
21.00 – 21.10 : Shinta Febriany
21.10 – 21.20 : Antjie Krog
21.20 – 21.30 : Marhalim Zaini
21.30 – 21.40 : Lauren William
21.40 – 21.50 : Closing, Oral Literary Tradition, Masnunah

Lampung 30 August 2005

20.00 – 20.10 : Opening,
20.10 – 20.20 : Jimmy Maruli Alfian
20.20 – 20.30 : Ramsey Nasr
20.30 – 20.40 : Abe Barreto Soares
20.40 – 20.50 : Martin Aleida
20.50 – 21.00 : Ellen Ombre
21.00 – 21.10 : Inggit Putria Marga
21.10 – 21.20 : Frank Martinus Arion
21.20 – 21.30 : Lauren William
21.30 – 21.40 : Tan Lioe Ie
21.40 – 21.50 : Jan Cornall
21.50 – 22.00 : Closing


Jakarta 1 September 2005

20.00 – 20.10 : Opening, Teater Mandiri
20.10 – 20.20 : Speech: Sitok Srengenge & Ton van de Langkruis
20.20 – 20.30 : Afrizal Malna
20.30 – 20.40 : Ellen Ombre
20.40 – 20.50 : Azhari
20.50 – 21.00 : Antjie Krog
21.00 – 21.10 : Hamsad Rangkuti
21.10 – 21.20 : Jan Cornall
21.20 – 21.30 : Gunawan Maryanto
21.30 – 21.40 : Lauren William

Jakarta 2 September 2005

20.00 – 20.10 : Opening Music
20.10 – 20.20 : Radhar Panca Dahana
20.20 – 20.30 : Ramsey Nasr
20.30 – 20.40 : Budi Darma
20.40 – 20.50 : Abe Barreto Soares
20.50 – 21.00 : Arswendo Atmowiloto
21.00 – 21.10 : Frank Martinus Arion
21.10 – 21.20 : N. Riantiarno
21.20 – 21.30 : Antjie Krog
21.30 – 21.40 : Closing Music

Jakarta 3 September 2005

20.00 – 20.10 : Opening Music
20.10 – 20.20 : Iswadi Pratama
20.20 – 20.30 : Ellen Ombre
20.30 – 20.40 : Abe Barreto Soares
20.40 – 20.50 : Dewi Lestari
20.50 – 21.00 : Ramsey Nasr
21.00 – 21.10 : Frank Martinus Arion
21.10 – 21.20 : Landung Simatupang
21.20 – 21.30 : Jan Cornall
21.30 – 21.40 : Closing Music

Tidak ada komentar: